Zulhas juga membandingkan posisi ekonomi Indonesia dengan negara-negara kawasan. Ia mengungkapkan kekhawatirannya atas ketertinggalan Indonesia meski telah dua dekade reformasi berlalu. Dalam perbandingan historis, ia menyebutkan bahwa pada era 1980-an, GDP Indonesia bahkan lebih tinggi daripada China.
"Tahun 80-an dibanding dengan Tiongkok, GDP kita lebih tinggi. Pada waktu itu kita sudah bisa bikin pesawat terbang, kita sudah punya Krakatau Steel, kita sudah punya PT PAL, kita sudah punya petrokimia, kita punya pabrik pupuk, kita punya satelit Palapa," kenang Zulhas.
Data terbaru menunjukkan Indonesia kini tertinggal dari Malaysia yang memiliki pendapatan per kapita 12 ribu USD dan Thailand hampir 8 ribu USD, sementara Indonesia masih berada di level 4 ribu USD. Zulhas menegaskan bahwa kunci perbedaan ini terletak pada produktivitas masing-masing negara.
Artikel Terkait
Perak Cetak Rekor, Emas Ikut Terseret Naik di Tengah Spekulasi The Fed
Desain Danantara Dikritik: Defisit APBN hingga Ancaman bagi UMKM Jadi Sorotan
Wall Street Tersandung, Demam AI Mulai Dipertanyakan Investor
Gubernur Dikejar Waktu, UMP 2026 Harus Diumumkan Sebelum Natal