Perak Cetak Rekor, Emas Ikut Terseret Naik di Tengah Spekulasi The Fed

- Kamis, 18 Desember 2025 | 07:40 WIB
Perak Cetak Rekor, Emas Ikut Terseret Naik di Tengah Spekulasi The Fed

Lalu, bagaimana dengan data ekonominya? Laporan Selasa lalu menunjukkan penambahan 64.000 lapangan kerja di AS bulan sebelumnya, angka yang lebih kuat dari perkiraan. Namun, ada catatan merah: tingkat pengangguran justru naik jadi 4,6 persen. Itu level tertinggi sejak September 2021.

Nah, kondisi pasar tenaga kerja yang mulai goyah inilah yang memicu harapan akan penurunan suku bunga. Dan ketika suku bunga turun, aset tanpa imbal hasil seperti emas biasanya jadi lebih menarik.

Bas Kooijman, CEO DHF Capital S.A., menyebut pasar masih memproyeksikan The Fed akan memangkas suku bunga dua kali di awal 2026. "Itu diperkirakan terus menopang harga emas pada periode tersebut," katanya.

Proyeksi itu muncul setelah The Fed pekan lalu memotong suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini, sebesar 25 basis poin. Kini, pelaku pasar mematok dua kali penurunan lagi di tahun depan.

Mata semua orang kini tertuju pada data inflasi AS. Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk November akan dirilis Kamis, disusul indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) pada Jumat. Dua data ini akan jadi penentu arah berikutnya.

Di sisi lain, langkah geopolitik Washington turut menambah ketidakpastian. Presiden Donald Trump memerintahkan 'blokade' terhadap seluruh tanker minyak yang terkena sanksi dan keluar-masuk Venezuela. Langkah untuk menekan pemerintahan Nicolas Maduro itu jelas menambah permintaan akan aset aman.

Sentimen positif ini ternyata menular. Platinum ikut naik 2,2 persen ke USD1.890,60 per troy ons, level tertinggi dalam lebih dari 17 tahun. Palladium juga menguat 2 persen, menjadi USD1.635,61 per ons. Semua logam mulia seolah mendapat angin segar di hari Rabu itu.


Halaman:

Komentar