Menurut Mayfield, pasar mulai mempertanyakan imbal hasil dari semua belanja besar itu, apalagi di penghujung tahun.
Namun begitu, tidak semua sektor terpuruk. Di tengah pelemahan itu, saham-saham energi justru bersinar. Pemicunya adalah lonjakan harga minyak mentah setelah Presiden Donald Trump mengeluarkan perintah blokade terhadap tanker-tanker minyak Venezuela yang kena sanksi. Kebijakan itu langsung mendongkrak saham seperti ConocoPhillips dan Occidental Petroleum, yang melonjak lebih dari 4 persen.
Di sisi lain, ada secercah harapan dari ucapan seorang pejabat Federal Reserve, Christopher Waller. Sebagai figur yang dikenal cukup 'dovish', Waller memberi sinyal bahwa bank sentral masih punya ruang untuk memotong suku bunga lagi. Alasannya? Pasar tenaga kerja AS mulai menunjukkan tanda-tanda melunak, yang bisa jadi pintu masuk untuk langkah stimulus guna menjaga ekonomi tetap bertahan.
Jadi, Rabu itu adalah hari dimana kekhawatiran bertemu dengan harapan. Teknologi tersandung bayang-bayang biayanya sendiri, sementara energi dan sinyal dari The Fed berusaha menahan laju pelemahan.
Artikel Terkait
Chandra Asri Pacu Modal Kerja dengan Obligasi Rp1,5 Triliun
Saham LEAD Melonjak 38%, Siapa Dalang di Balik Perusahaan Pelayaran Migas Ini?
APBN Siapkan Rp 1,6 Triliun Dana Segar untuk Pemulihan Tiga Provinsi di Sumatera
RUPSLB CBRE Sahkan Rights Issue, Dana Segar untuk Bayar Utang dan Tambah Armada