Suasana Memanas di Bundestag: Politisi Perempuan Soroti Gelombang Hinaan dari AfD

- Jumat, 05 Desember 2025 | 17:45 WIB
Suasana Memanas di Bundestag: Politisi Perempuan Soroti Gelombang Hinaan dari AfD

Menyikapi hal ini, Presiden Bundestag Julia Klöckner dari CDU mulai memperketat aturan. Teguran dan peringatan kini lebih sering diberikan. Koalisi pemerintah juga merespons dengan menaikkan denda.

Pelanggaran serius sekarang dikenai denda 2.000 euro, naik dari 1.000 euro. Kalau berulang, bisa mencapai 4.000 euro. Aturan baru juga menyebut, anggota parlemen yang dapat tiga panggilan ketertiban dalam satu sesi akan langsung dikeluarkan dari ruang sidang.

Tapi Wegge ragu. Dia tak yakin langkah hukum ini akan membuat AfD lebih moderat. Malah mungkin sebaliknya.

Perubahan suasana ini juga dirasakan Claudia Roth dari Partai Hijau. Sebagai mantan wakil presiden Bundestag (2013-2021), dia termasuk yang paling sering diserang secara verbal.

“Setiap kali saya berbicara, selalu saja ada teriakan yang mencoba menenggelamkan suara saya,” keluhnya.

Roth yakin serangan itu punya tujuan ganda: mengganggu jalannya debat dan mencari dukungan di dunia daring. “Mereka merayakan hal-hal seperti itu di sana, ketika kebencian terus berlanjut,” katanya. Situasi ini, menurutnya, sangat mengganggu bagi rekan-rekan perempuan muda yang baru pertama kali berpidato di Bundestag.

Meski begitu, Roth menolak untuk diam. Suatu kali, dia sempat berpikir untuk menghindari istilah “kebijakan pembangunan feminis” dalam pidatonya karena tahu akan memicu reaksi keras. Tapi akhirnya dia memutuskan untuk tetap mengucapkannya.

Baginya, ini bukan sekadar soal perkataan kasar. Ini soal pertarungan yang lebih besar. AfD, menurut Roth, ingin menyerang perempuan dan minoritas, menggambarkan mereka sebagai musuh, dan pada akhirnya melemahkan institusi demokrasi itu sendiri.

“Dan jika kita membiarkan itu terjadi,” katanya dengan nada prihatin, “kita telah kehilangan segalanya.”

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman.

Diadaptasi oleh: Ausirio Sangga Ndolu

Editor: Muhammad Hanafi


Halaman:

Komentar