Dirut Sritex Ditangkap: Usahanya Punya Utang Rp 25 Triliun ke 28 Pihak

- Kamis, 22 Mei 2025 | 07:35 WIB
Dirut Sritex Ditangkap: Usahanya Punya Utang Rp 25 Triliun ke 28 Pihak



Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Kurniawan Lukminto, tengah menjadi sorotan publik setelah Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung) mengamankannya terkait dugaan kasus korupsi. Dugaan ini diduga kuat berkaitan dengan pemberian fasilitas kredit dari sejumlah perbankan, sebuah permasalahan yang menambah daftar panjang tantangan finansial yang dihadapi raksasa tekstil nasional tersebut. Penahanan Iwan Lukminto ini sontak mengejutkan banyak pihak, mengingat posisinya sebagai pucuk pimpinan di salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara dan sebagai penerus legasi sang ayah, H.M. Lukminto, pendiri Sritex.


Profil dan Peran Iwan Lukminto di Sritex


Iwan Kurniawan Lukminto resmi menjabat sebagai Direktur Utama Sritex Group sejak tahun 2023. Perjalanannya di perusahaan ini dimulai jauh sebelumnya, tepatnya pada tahun 2005, saat ia pertama kali bergabung sebagai direktur. Sebagai putra dari pendiri Sritex, H.M. Lukminto, Iwan memiliki peran krusial dalam keberlanjutan dan pengembangan bisnis keluarga yang telah berdiri selama puluhan tahun. Di bawah kepemimpinannya, Sritex, sebuah perusahaan yang telah menorehkan sejarah panjang di industri tekstil, kini menghadapi ujian berat, baik dari sisi operasional maupun hukum.


Tumpukan Utang yang Membelit Sritex


Sorotan terhadap Iwan Lukminto dan dugaan korupsi ini tidak dapat dipisahkan dari kondisi keuangan Sritex yang memang sedang tidak baik-baik saja. Perusahaan dengan kode emiten SRIL ini diketahui memiliki tumpukan utang yang fantastis kepada sejumlah pihak, khususnya bank. Berdasarkan putusan perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg yang dikeluarkan oleh Hakim Ketua Moch Ansor pada Senin, 21 Oktober 2024 lalu, terungkap bahwa Sritex memiliki utang kepada 28 bank.


Kondisi ini bukanlah hal baru. Sebelum dinyatakan pailit oleh pengadilan, Sritex yang telah beroperasi selama 36 tahun ini memang telah mengalami kesulitan keuangan serius sejak tahun lalu. Kesulitan ini berujung pada akumulasi utang yang membengkak, mencapai angka yang mengkhawatirkan.


Halaman:

Komentar