Mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Prof. Sofian Effendi menyebut
bahwa Joko Widodo bukanlah mahasiswa berprestasi seperti yang disampaikan
beberapa orang
Dia mengungkapkan, nilai Jokowi di semester awal kuliah di Fakultas
Kehutanan, bahkan tidak memenuhi syarat untuk melanjutkan ke jenjang
S1.
Menurutnya, transkip nilai yang dipampang oleh Bareskrim Polri beberapa
waktu lalu adalah nilai saat Jokowi mengambil program Sarjana Muda
Pernyataan itu disampaikan Prof Sofian dalam sesi wawancara dengan Ahli
Digital Forensik Rismon Sianipar yang ditayangkan pada Rabu (16/7/2025),
Prof Sofian Effendi mengaku sudah mencari informasi dari rekan-rekannya
pengampu di Fakultas Kehutanan.
Dia bercerita, Joko Widodo memang pernah tercatat sebagai mahasiswa di
Fakultas Kehutanan UGM.
Dia masuk pada tahun 1980.
"Jadi Jokowi kan masuk pada saat dia lulus SMPP di Solo yang menjadi SMA 6
di Tahun 1985. Jadi, dia itu ada sedikit masalah, masih SMPP kok bisa masuk
UGM. Itu ada kontroversi. Ada masalah," kata Prof Sofian
Pada 1980, menurut Prof Sofian, Jokowi masuk UGM berbarengan dengan
kerabatnya yang bernama Hari Mulyono
Menurutnya, ada perbedaan mendasar antara Jokowi dan Hari Mulyono
Baca juga: Dino Patti Djalal Kritisi Langkah Jokowi Pidanakan Roy Suryo CS:
Bisa Jadi Bumerang Sendiri
Hari Mulyono, saat itu, dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas dan aktif di
berbagai organisasi.
Secara akademik, nilai Hari Mulyono cukup menjanjikan
Berbeda dengan Jokowi, menurut Prof Sofian, di dua tahun kuliahnya, nilainya
buruk
"Kemudian, pada waktu tahun 1980 masuk, ada dua orang yang masih bersaudara
yang masuk (fakultas) Kehutanan. Satu Hari Mulyono kemudian Joko Widodo.
Hari Mulyono ini aktivis, dikenal di kalangan mahasiswa. Dan juga secara
akademis dia perform. Dia tahun 1985 lulus. Tapi Jokowi itu menurut
informasi dari para profesor dan mantan dekan, Jokowi itu tidak lulus di
tahun 1982 di dalam penilaian. Ada empat semester dinilai kira-kira 30 mata
kuliah, dia indeks prestasinya tidak mencapai," terang Prof Sofian
Transkip nilai di dua tahun pertama itulah yang ditampilkan oleh Bareskrim
Polri dalam konferensi pers beberapa waktu lalu
"Saya lihat di dalam transkip nilai itu juga yang ditampilkan bareskrim,
IPKnya itu nggak sampai dua kan. Kalau sistemnya benar, dia tidak lulus atau
di DO istilahnya. Hanya boleh sampai sarjana muda," katanya
Menurutnya, tidak mungkin seorang mahasiswa sarjana muda bisa melanjutkan ke
jenjang S1 ketika nilainya tidak memenuhi syarat.
Maka, dia pun heran ketika beredar skripsi Jokowi yang seolah-olah dibuat
untuk memenuhi syarat untuk lulus S1
"Jadi (karena nilainya tidak memenuhi) dia belum memenuhi persyaratan
melanjutkan ke sarjana dan menulis skripsi. Skripsinya pun sebenarnya adalah
contekan dari pidatonya prof Sunardi, salah satu dekan setelah Pak Soemitro.
Tidak pernah lulus. Tidak pernah diujikan. Lembar pengesahannya kosong,"
ungkapnya
Karena penasaran, Prof Sofian sempat menanyakan langsung kepada pihak UGM
perihal sripsi Jokowi yang beredar itu
Saya tanya ke petugasnya, 'mbak ini kok kosong'? Dia bilang iya pak itu
sebenarnya nggak diuji. Nggak ada nilainya. Makanya nggak ada tanggal, nggak
ada tandatangan dosen penguji," sebutnya
Dengan tidak adanya skripsi yang disahkan, Prof Sofian memastikan maka
Jokowi tidak mungkin memiliki ijazah s1
"Kalau dia mengatakan punya ijazah BsC (sarjana muda) mungkin betul lah.
Kalau yang ijazah sarjana, nggak punya dia," kata Prof Sofian
Di sisi lain, Prof Sofian juga mendengar rumor bahwa Jokowi pernah meminjam
ijazah Hari Mulyono untuk kepentingan tertentu
"Hari Mulyono lulus, kawin dengan adiknya dia, Idayati, punya dua anak. Itu
kabarnya dia pinjem ijazahnya Hari Mulyononya ini. Kemudian ijazah ini yang
dipalsuin dugaan saya. Jadi itu kejahatan besar itu. Dia kan selalu
mengenalkan, bahwa untuk ijazah yang dibawa-bawa oleh dia itu, itu kan bukan
foto dia. Itu penipuan besar-besaran itu," jelasnya
Di kesempatan sama, Prof Sofian juga memastikan Kasmudjo tidak pernah
menjadi pembimbing Jokowi, baik pembimbing akademik apalagi pembimbing
skripsi.
Prof Sofian Effendi lahir 28 Februari 1945. Dia adalah seorang akademisi
Indonesia. Sofian pernah menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada dari tahun
2002 sampai 2007.
Dia adalah Guru Besar Ilmu Administrasi Negara Universitas Gadjah
Mada.Dia juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN)
pada tahun 1999 hingga 2000. Prof Sofian menjabat sebagai Ketua Komisi
Aparatur Sipil Negara pertama sejak 27 November 2014 sampai 3 Oktober 2019.
Rismon laporkan Jokowi ke polisi
Rismon Sianipar melaporkan Presiden ke-7 RI Joko Widodo dan mantan dosen
Universitas Gajah Mada (UGM) Kasmudjo terkait dugaan penyebaran berita
bohong
Laporan dilayangkan ke Mapolda Metro Jaya pada Selasa (15/7/2025)
"Hari Selasa 15 Juli 2025, saya Rismon Sianipar bersama TIPU UGM melaporkan
dugaan penyebaran berita bohong Jokowi dan Kasmudjo tahun 2017 saat Dies
Natalis UGM terkait dosen pembimbing skripsi dan akademik," ungkap Rismon
Sianipar dalam video yang dibagikan.
Rismon menyebut, Jokowi dan Kasmudjo pernah terlibat dalam sebuah dialog
saat Jokowi berkunjung ke UGM pada 2017 lalu
Saat itu, Jokowi beberapa kali menegaskan bahwa Kasmudjo adalah
'pembimbingnya' yang galak.
Jokowi juga menyebut bahwa saat dibimbing Kasmudjo, dia harus bolak-balik
memperbaiki skripsinya
Namun, belum lama ini Kasmudjo sendiri membantah bahwa dirinya adalah
pembimbing skripsi Jokowi
Dia juga membantah sebagai pembimbing akademik Jokowi
Berkaca dari hal itu, Rismon menganggap bahwa Jokowi diduga telah melakukan
kebohongan publik
"Bahwa di tahun 2017 Pak Jokowi dan pak Kasmudjo di situ berdialaog, ada
bimbingan skripsi bolak-balik dan galak segala macam dan publik menyimpulkan
bahwa Pak Kasmudjo adalah pembimbing skripsinya, tapi dibantah langsung
tahun 2025 oleh Pak Kasmudjo sendiri," terang Rismon
Laporan ini sekaligus untuk menguji pihak kepolisian agar menerapkan prinsip
persamaan hukum bagi semua warga negara
"Asas persamaan di depan hukum, maka kami mendesak supaya Polda DIY
memproses ini dan memanggil orang-orang yang diduga melakukan kebohongan
tersebut. Jadi, tidak ada istilahnya mantan pengusaha, rakyat sipil, itu
sama di depan hukum," katanya
Laporan ini, kata Rismon, juga untuk menguji kepatuhan hukum Jokowi yang
telah melaporkanya ke Mapolda Metro Jaya beberapa waktu lalu
"Kami dilaporkan oleh Pak jokowi di Polda Metro Jaya, kita datang, kita
patuh hukum. Nah, sekarang kita uji apakah pak Jokowi patuh hukum nggak
ketika dipanggil Polda DIY," ungkap Rismon
Bukan pembimbing skripsi
Ir. Kasmudjo, M.S., sempat disangka sebagai Dosen Pembimbing Skripsi
Presiden Joko Widodo.
Namun melansir dari laman ugm.ac.id, dia mengklarifikasi jika dirinya
adalah dosen pembimbing akademik Jokowi.
Namun, terbaru, dia kembali membantah bahwa dia adalah pembimbing akademik
Jokowi lantaran saat itu dia masih berstatus asisten dosen.
Kasmudjo juga sempat berbagi pengalamannya membimbing Jokowi pada kurun
waktu kuliah, yakni tahun 1980-1985.
Dia menilai Jokowi adalah sosok disiplin dan teliti, sikap yang sama
dimiliki mahasiswa seangkatannya kala itu.
Kasmudjo juga mengenang saat Jokowi harus pergi-pulang dari Solo-Yogyakarta
untuk membantu usaha mebel keluarganya.
“Saya ingat ia dulu sering nglaju Solo-Jogja pas longgar, hanya untuk
membantu usaha mebel keluarganya. Saya beberapa kali juga kerap dimintai
bantuan ketika ia mengalami kesulitan.
“Sosok Jokowi yang saya kenal dulu ya seperti itu. Walau memang seperti yang
dibilangnya di media-media bahwa saya dulu galak,” cerita Kasmudjo pada
Oktober 2019.
Kasmudjo mengaku saat Jokowi menjadi pejabat, baik walikota, gubernur,
maupun presiden, mereka pernah beberapa kali bertemu.
“Kebanyakan dari pertemuan-pertemuan tersebut biasanya saya diundang.
Seperti pernah ketika datang ke UGM, ia meminta untuk ditemani saya. Selain
itu, dua kali saya ingat menghadiri pernikahan anaknya,” ungkapnya.
Kasmudjo dimata Jokowi
Sosok Kasmudjo pertama kali muncul saat Jokowi melakukan kunjungan ke UGM
pada 2017 silam.
Mengawali sambutannya di hadapan para alumni, jajaran dekanat, dan
mahasiswa, Jokowi yang saat itu masih menjadi presiden memanggil Ir.
Kasmudjo, MS. untuk mendampinginya di panggung.
Kasmudjo adalah Dosen Pembimbing Akademik orang nomor satu di Indonesia itu
sewaktu masih kuliah.
“Beliau (Kasmudjo_red) waktu dulu membimbing saya, seingat saya galak
sekali. Tapi sekarang saya melihat beliau sangat bijaksana sekali,” kata
Presiden disusul tawa para hadirin, Selasa (19/12/2017).
Pada kesempatan tersebut Presiden Jokowi menghaturkan terima kasih kepada
Kasmudjo, karena berkat bimbingannya, dirinya dapat menyelesaikan skripsi di
Jurusan Teknologi Kayu Fakultas Kehutanan.
“Meskipun saya lupa juga bolak-baliknya berapa kali. Karena begitu maju,
dibentak, balik, begitu maju, dibentak, kok galak sekali. Tapi sekarang
alhamdulillah, ini semua atas bimbingan Pak Kasmudjo,” kelakar Presiden.
Sementara itu, menurut Kasmudjo, Menurut Kasmudjo, Jokowi masih seperti
dulu; jujur, sederhana, dan disiplin.
Jokowi termasuk mahasiswa yang disiplin. Ia pun menyelesaikan skripsi
hanya dalam waktu 6 bulan.
“Dia bicara seperlunya, dan suka naik gunung, aktif di mahasiswa pencinta
alam Silvagama,” ungkapnya.
Kasmudjo resmi menerima SK pensiun pada 5 April 2014.
Di bulan November lalu, dirinya tepat berusia ke-68. Namun semangat
membaca dan menulisnya tetap membara.
Selain masih mengajar di Diploma III Pengelolaan Hutan Sekolah Vokasi UGM,
sesepuh Fakultas Kehutanan ini tengah menyiapkan dua buku barunya tentang
inovasi pengembangan hasil hutan bukan kayu. (TH/Kagama)
Pengakuan Jujur Kasmudjo
Seiring dengan bergulirnya polemik keaslian ijazah, Jokowi menemui Ir.
Kasmudjo di Pogung Kidul, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman. Joko Widodo
berkunjung ke rumah Ir. Kasmudjo pada Selasa (13/05/2025).
Di dalam pertemuan tersebut, diungkapkan Kasmudjo, Joko Widodo tidak
membahas terkait dengan ijazah.
Dia pun menegaskan, dirinya bukan pembimbing skripsi Jokowi dan tidak pernah
melihat skripsi Jokowi.
Ir. Kasmudjo mengatakan pertemuan dengan Joko Widodo di rumahnya tersebut
berlangsung sekitar 45 menit.
Selama pertemuan tersebut, Joko Widodo tidak membahas mengenai ijazah saat
berkuliah di UGM.
"Nggak ada (obrolan soal ijazah), nggak sama sekali," ujar Ir. Kasmudjo
dikutip dari Kompas.com.
Ir. Kasmudjo menyampaikan tidak mengetahui terkait dengan ijazah Joko
Widodo.
Sehingga dirinya tidak dapat bercerita soal ijazah Jokowi.
Selain itu, Ir. Kasmudjo menuturkan bukan pembimbing skripsi Joko Widodo.
Dia menyebut, pembimbing skripsi Joko Widodo adalah Prof Sumitro.
"Mengenai ijazah, saya paling tidak bisa cerita. Karena saya tidak
membimbing, tidak mengetahui. Prosesnya dan pembimbingnya itu Prof Sumitro,
pembantunya ada sendiri, yang menguji ada sendiri," ungkapnya.
Ir. Kasmudjo mengungkapkan belum pernah melihat ijazah Joko Widodo.
"Saya merasa tidak tahu sama sekali kalau kaitanya dengan ijazah dan saya
sama sekali belum pernah melihat ijazahnya itu seperti apa. Lha saya mau
cerita apa," tuturnya.
Ir. Kasmudjo mengatakan Joko Widodo masuk kuliah di Fakultas Kehutanan UGM
pada tahun 1980.
Joko Widodo kemudian lulus pada tahun 1985.
"Begini, Dia kan tahun 80 masuk, lulus 85. Saya sampai 83 itu masih IIIB.
Dia mau lulus, (saya) IIIC. Itu kalau urusan dosen mengajar, hanya boleh
jadi asisten atau pembantu dosen. Jadi kalau disuruh mengajar, tidak boleh
sendirian," ungkapnya.
Selama menjadi asisten dosen tersebut Kasmudjo mendampingi beberapa dosen.
Sebab tujuan sebagai asisten tersebut dalam rangka untuk latihan.
Kasmudjo menyampaikan, selama Joko Widodo berkuliah di Fakultas Kehutanan
UGM tersebut, dirinya masih menjabat sebagai asisten dosen.
"Kalau selama Pak Jokowi kuliah, itu karena saya mendampingi, saya mengikuti
yang saya dampingi. Saya tidak boleh membuat atau melakukan
pelajaran-pelajaran sendiri," tuturnya.
Dikatakan Kasmudjo, saat mengajar di UGM, dirinya sudah menjadi golongan
IIID atau IVA.
"Itu mungkin karena saya sebagai ketua lab yaitu yang berkaitan dengan non
kayu dan mabel, saya mengajar di situ. Non kayu itu artinya produk-produk
hutan yang selain dari kayu sama mabel," tuturnya.
Pada tahun 2014, Ir. Kasmudjo resmi memasuki masa purna tugas di Departemen
Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM.
Jokowi Curiga Ada Agenda Politik Besar
Di sisi lain, Joko Widodo curiga ada agenda politik besar di balik sejumlah
isu yang digunakan untuk menyerang dirinya dan keluarga
Termasuk isu soal ijazah palsu dan usulan pemakzulan Gibran Rakabuming Raka
dari kursi wakil presiden
“Saya berperasaan memang kelihatannya ada agenda besar politi di balik
isu-isu ini ijazah palsu, isu pemakzulan,” kata Jokowi saat ditemui pada
Senin (14/7/2025)
Menurut Jokowi, serangkaian isu tersebut tampak dirancang untuk menjatuhkan
nama baik dan reputasi politik yang telah ia bangun selama menjabat.
"Ini perasaan politik saya, mengatakan ada agenda besar politik. Untuk
menurunkan reputasi politik, untuk men-down grade," jelasnya.
Meski demikian, Jokowi memilih untuk tidak larut dalam tekanan atau membalas
secara emosional.
Jokowi mencoba untuk bersikap tenang dan menganggap semua dinamika politik
yang menimpanya adalah hal biasa dalam dunia politik.
"Buat saya biasa-biasa aja lah. Saya kira ada agenda besar politik," ujarnya
santai.
Ingin nama baiknya dipulihkan
Seperti diketahui, kasus dugaan pencemaran nama baik yang dilaporkan
Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) di Polda Metro Jaya kini sudah naik
tahap penyidikan.
Sebelumnya diketahui laporan tersebut dilakukan terkait dengan tudingan
ijazah palsu Jokowi oleh berbagai pihak.
Jokowi pun berharap dengan naiknya status laporan yang dibuat di Polda Metro
Jaya membuat nama baiknya bisa segera dipulihkan.
Hal itu disampaikan oleh kuasa hukum Jokowi, Rivai Kusumanegara, menanggapi
peningkatan status hukum laporan tersebut.
“Dengan upaya hukum tersebut, Pak Jokowi mengharapkan nama baiknya
dipulihkan dan keaslian ijazah dikukuhkan pengadilan,” kata Rivai saat
dikonfirmasi, Minggu (12/7/2025).
DUAARRRRR...❗❗
— Petruk Sang Penipu (@gilang_ahm31272) July 16, 2025
Mantan rektor UGM cerita, MULYONO hanya Sampai Sarjana Muda 🔥🔥🔥 pic.twitter.com/bz5ZEM6iym
Kasmudjo, "Jokowi itu Pembohong!!"
— MasBRO 🦉🫶 (@MasBRO_back) July 16, 2025
Prof. Sofian Effendi mantan Rektor UGM angkat suara mengenai Ijazah palsu Jokowi pic.twitter.com/QmIljC1o78
Sumber:
tribunnews
Foto: POLEMIK IJAZAH- Mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Prof.
Sofian Effendi saat diwawancarai Rismon Sianipar dalam channel Langkah
Update. Prof Sofian menyebut bahwa skripsi Jokowi tidak pernah mendapatkan
pengesahan/Tangkapan layar
Artikel Terkait
MK Tolak Gugatan Mahasiswa soal Syarat Capres-Cawapres Minimal Harus S1
Prediksi Rocky Gerung Terbukti: Setelah Lengser, Jokowi Jadi Olok-olok Rakyat, Bahkan oleh Sopir Truk
Kajian Politik Merah Putih: Langkah Hukum terhadap Prof. Sofian Effendi Percepat ‘Kematian Politik’ Jokowi
Viral Lagi 4 Anak Buang Ibu Kandung ke Panti Jompo: Tak Usah Dikabari Jika Meninggal