TERUNGKAP Fakta Jemaah Berbaju Putih Ritual di Puncak Lawu, Polisi: Bukan Aliran Sesat, Mereka Bagian Dari NU

- Rabu, 16 Juli 2025 | 00:00 WIB
TERUNGKAP Fakta Jemaah Berbaju Putih Ritual di Puncak Lawu, Polisi: Bukan Aliran Sesat, Mereka Bagian Dari NU




MURIANETWORK.COM - Media sosial dihebohkan dengan rekaman video yang memperlihatkan rombongan jemaah berpakaian putih sedang melakukan ritual di Puncak Hargo Dumilah, Gunung Lawu di media sosial, Senin (14/7/2025).


Muncul sejumlah spekulasi mengenai video tersebut.


Bahkan, ada sejumlah warganet menyebut bahwa perbuatan jemaah itu menyimpang dari ajaran agama lantaran mengkultuskan sesuatu selain Tuhan


Sebagian lagi menyebut bahwa kegiatan mereka hanyalah untuk menghormati kebudayaan


Polisi buka suara terkait polemik tersebut.


Pihak kepolisian memastikan bahwa rombongan berpakaian putih itu  tak melakukan kegiatan yang keluar dari syariat Islam.


PS Kasi Humas Polres Karanganyar Iptu Mulyadi mewakili Kapolres Karanganyar AKBP Hadi Kristanto mengatakan mereka merupakan rombongan dari jemaah dari salah satu organisasi Islam di Indonesia.


"Mereka merupakan rombongan dengan salah satu aliran NU dengan nama Syahadatain, kelompok yang masih menjunjung tinggi adat jawa dan sering melakukan tirakatan," kata Mulyadi, Selasa (15/7/2025).


Mulyadi mengatakan, Rombongan tersebut berjumlah kurang lebih 100 orang 


Diketahui, mereka sudah melaksanakan kegiatan itu sebanyak 14 kali.


"Mereka masuk ke pos Cemoro Sewu dengan pakaian biasa, namun mengganti baju saat di puncak Lawu dan melakukan kegiatan doa tahlil, tawasulan dan ngaji di sana," kata dia.


"Dalam keterangan koordinator rombongan, mereka datang ke sana dalam rangka menghormati para sunan dan ziarah ke Sunan Lawu," kata dia.


👇👇



Kurang sesuai aturan


Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Karanganyar, Hari Purnomo, menyatakan ritual yang dilakukan di area umum menyalahi aturan.


Ritual dengan peserta pakaian serba putih dan diikuti puluhan orang baru pertama kali terjadi.


Berdasarkan data pendakian, mereka naik melalui jalur Cemoro Sewu pada Kamis (10/7/2025).


Rombongan itu menggunakan pakaian biasa dan berganti menjadi serba putih ketika tiba di puncak.


"Itu kan pendakian kok, bukan tempat ibadah kok," bebernya.


Selama ini banyak masyarakat yang menggelar ritual di bulan Muharram atau bulan Suro namun dalam skala kecil.


"Kalau justru dari kelompok-kelompok penganut kepercayaan kan tidak seperti yang pakai jubah putih-putih itu," sambungnya.


 Ia menilai kegiatan itu kurang sesuai karena digelar di area umum.


"Jangan sampai terulang lagi. Kalau memang akan mengadakan ibadah ya di tempat khusus beribadah, bukan di tempat umum kan gitu menurut saya," tandasnya.


Kata Pendaki Lain


Seorang pendaki bernama Dandang Adi Pratama melihat langsung ritual yang dijalani rombongan berpakaian putih.


Remaja 17 tahun itu mendaki Gunung Lawu pada Jumat, (11/7/2025) pagi dan tiba di puncak sekitar pukul 09.30 WIB.


Ketika hendak berfoto di tugu puncak, Dandang melihat puluhan orang menjalani ritual.


"Saya baru sampai puncak kan, terus sudah ada orang pakai baju putih sudah siap-siap (melakukan rituan)," tuturnya.


Proses ritual berlangsung sekitar dua jam sehingga Dandang memilih menunggu.


"Jadi ya kami ngalah di bawah, nunggu," imbuhnya.


Rombongan dari Purwodadi


Asisten Perhutani BKPH Lawu Selatan, Mulyadi, menyatakan rombongan berbaju putih berasal dari Sumber Banggi, Kabupaten Purwodadi, Jawa Tengah.


“Mereka melakukan kegiatan ini setiap tahun di puncak Gunung Lawu dengan maksud ziarah, untuk menghormati Sunan Gunung Lawu,” tuturnya, Senin (14/7/2025).


Tercatat sekitar 100 orang mengikuti kegiatan tersebut yang dilakukan setelah tanggal 11 Suro.


“Mereka naik hari Kamis pagi, kemudian berkemah di atas. Hari Jumat, menjelang sholat Jumat mereka melakukan acara itu."


"Artinya peserta berganti pakaian di puncak Lawu itu. Pakaian putih tidak dikenakan dari bawah,” tuturnya.


Sementara itu, Relawan Anak Gunung Lawu (AGL), Best Haryanto, menceritakan rombongan baju putih sempat mampir ke situs yang terletak di sekitar Cemoro Kandang.


"Mereka sempat ke sini hari Rabu sebelum naik mendaki gunung," bebernya.


Ia membenarkan adanya ritual yang digelar pada bulan Suro.


"Intinya katanya mau naik ya tapi enggak tahu naiknya kapan, intinya mau nginap dulu gitu tapi ya mau nginap sambil nunggu teman-temannya gitu," katanya.


Sumber: Tribun

Komentar