Program pendidikan karakter yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi
Mulyadi, kembali menjadi sorotan publik. Tak tanggung-tanggung, kali ini
kritik datang dari Anggota Komisi X DPR RI yang juga dikenal sebagai aktivis
sosial, dr. Gamal Albinsaid.
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, dr. Gamal menyentil keras
arah kebijakan Gubernur Jawa Barat tersebut yang dinilainya tidak tepat
sasaran.
Dalam unggahannya, dr. Gamal mempertanyakan urgensi dan efektivitas
pengalokasian dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp
6 miliar untuk program tersebut.
Pasalnya, dana tersebut kata dia "hanya" menyasar 900 anak yang disebut
sebagai "nakal", "sulit dibina", atau bahkan terindikasi melakukan tindak
kriminal. Ia menekankan pentingnya prioritas dalam kebijakan pendidikan di
Jawa Barat.
“Anggaran 6 miliar APBD untuk 900 yang disebut anak nakal tadi, itu perlu
kita bandingkan dengan data yang menunjukkan anak di Jabar yang tidak
bersekolah jumlahnya 658.831, dropout 164.000, lulus tidak melanjutkan
198.000, dan belum pernah bersekolah 295.000,” tulis dr. Gamal seperti
Suara.com kutip pada Senin (19/5/2025).
“Jadi saya pikir Pak Gubernur punya tanggung jawab moral untuk menyelesaikan
masalah besar ini dengan kajian yang mendalam daripada mencoba satu ide
kebijakan tanpa dasar yang memadai,” tambah dia lagi.
Pernyataan dr. Gamal pun memantik perdebatan lebih luas soal bagaimana
seharusnya pendekatan negara terhadap masalah pendidikan dan kenakalan
remaja dilakukan.
Program ini sendiri memang cukup kontroversial sejak awal diumumkan,
terutama karena melibatkan instansi militer dan kepolisian dalam pembinaan
karakter para remaja.
Dimulai sejak 2 Mei lalu, program ini menargetkan daerah-daerah yang dinilai
rawan, seperti Kota Depok, sebagai titik awal pelaksanaan. Dedi Mulyadi
menyebutkan bahwa puluhan barak militer telah disiapkan untuk menampung para
peserta program.
Anak-anak yang masuk ke dalam program ini dipilih melalui kesepakatan antara
pihak sekolah dan orang tua, dan selama enam bulan ke depan mereka akan
meninggalkan pendidikan formal untuk fokus pada kegiatan pembinaan karakter
secara intensif.
Model pembinaan ini sendiri mencakup kegiatan seperti olahraga,
baris-berbaris, serta bimbingan mental. Tujuannya, menurut KDM, adalah untuk
menyelamatkan generasi muda dari potensi kriminalitas dan menyuntikkan
nilai-nilai disiplin serta tanggung jawab yang dinilai mulai terkikis.
Namun, pendekatan ini mengundang tanya dari banyak pihak, termasuk para
pegiat pendidikan dan hak anak. Mereka mempertanyakan efektivitas metode
militeristik untuk menyelesaikan akar permasalahan sosial dan pendidikan di
kalangan remaja.
Kritik dr. Gamal juga menunjukkan betapa pentingnya kebijakan berbasis data
dan kebutuhan yang lebih luas. Dengan angka anak tidak sekolah yang sangat
tinggi di Jawa Barat, pemanfaatan dana publik seharusnya diarahkan untuk
menjangkau kelompok yang lebih besar dan memiliki dampak jangka panjang.
“Gubernur Jabar punya tanggung jawab moral dan konstitusional untuk
menyelesaikan lebih dari setengah juta anak di Jabar yang putus sekolah l,”
ujar salah satu aktivis pendidikan di Bandung,” tulis dia lagi.
Terlepas dari pro dan kontra, polemik ini membuka ruang diskusi penting
tentang arah kebijakan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam menangani
generasi muda yang rentan.
Apakah pendekatan militer adalah solusi? Ataukah kita butuh pendekatan yang
lebih manusiawi, berbasis pendidikan inklusif, dan dukungan psikososial?
Yang jelas, sentilan dr. Gamal menjadi pengingat bahwa kebijakan publik tak
cukup hanya dengan niat baik, ia perlu landasan data, transparansi, dan
partisipasi publik yang kuat.
Sumber:
suara
Foto: Sentil Dedi Mulyadi, Dokter Gamal: Rp6 M untuk Anak Nakal, Ratusan
Ribu Anak Tak Sekolah Terabaikan (Instagram)
Artikel Terkait
Agar Tak Dituding Pemerintahan Pro-Judol, Muslim Arbi: Presiden Prabowo Harus Pecat Budi Arie
Dedi Mulyadi Balas Kritikan KPAI: Bisa Lihat Dong Siswa Nangis Cium Kaki Ibunya, Ada Gak di Sekolah?
Mbak Wik Menari Erotis sampai Videonya Viral, Ternyata Namanya Agus
Dian Sandi Siap Terbuka Saat Diperiksa di Polda Metro Soal Dugaan Ijazah Palsu Jokowi